Sejarah mengenai berdirinya candi borobudur magelang

Siapa sih orang Indonesia yang belum pernah mendengar tentang Candi Borobudur? Paling tidak, candi ini pernah anda pelajari semasa SD ataupun SMP dahulu karena candi ini pernah masuk dalam tujuh keajaiban dunia. sungguh disayangkan saat ini candi yang pernah membawa nama Indonesia ke kancah Internasional ini, bukanlah merupakan tujuh keajaiban dunia lagi. Candi yang berletakkan di kabupaten magelang ini, menjadi kontrofersi dalam hal pembangunannya. Dari berbagai banyak pendapat para ilmuan ada yang mengatakan bahwa candi ini dibangun pada masa keemasan wangsa syailendra yakni antara abad 8 sampai dengan abad 9. Tanda-tanda dari masa keemasan ini dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan candi yang dibangun dipulau sumatera maupun di pulau jawa. Candi borobudur merupakan candi yang letaknya sangat stratergis, sehingga tidak heran jika banyak turis dari berbagai negara berdatangan untuk sekedar melihat atau mengunjungi candi ini. Prasasti-prasati dengan tulisan yang amat megah menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis untuk mempelajarinya lebih dalam.

Candi yang diperkirakan dibangun pada abad ke 8-9 atau sekitar pada tahun 800 Masehi ini didalamnya terdapat beberapa prasasti yang menunjukkan bahwa candi borobudur dibangun oleh wangsa syailendra dalam rangka menjunjung agama kepercayaannya (Budha Mahayana), meskipun demikian kita sebagai umat islam tidak dibenarkan pula dalam rangka toleransi namun mengikuti upacara ritual mereka. kita cukup menikmati keindahan bangunan candinya saja, dan jangan pernah mau bila diajak untuk mengikuti upacara penyembahan mereka takutnya nanti akan berdampak menyekutukan Allah dengan batu-batu yang terdapat di candi borobudur. Candi borobudur merupakan candi peninggalan agama budha, hal ini dapat dilihat dari bangunan-bagunannya yang menyerupai tempat peribadatan agama budha.

Sejarah menuliskan bahwa candi ini dibangun pada masa kerajaan wangsa syailendra yang sangat terkenal yaitu samaratungga, pada awalnya pembangunan candi hanyalah dengan cara menumpuk batu dengan cara menghias suatu bukit alami dengan tumpukan batu, lama-kelamaan tumpukan batu tersebut akhirnya menjulang tinggi yang setidaknya telah menghabiskan batu andesit sebanyak 55.000 m3 atau sekitar 55.000X5.000X5.000 batu andesit per satuan m3 tiap batunya, dengan bangunan yang menyerupai limas yang berjenjang dengan terdapat 4 tangga untuk menaukkinya. Pada masanya, candi ini digunakan sebagai pusat peribadhatan agama budha mahayana serta sebagai pusat perekonomian kepemimpinan wangsa syailendra, Kejayaan candi ini tidak bertahan lama yakni sekitar 150 tahun, kejayaan candi borobudur semakin luntur seiring lunturnya kepemimpinan wangsa syailendra. HIngga pada akhirnya setelah kepemimpina wangsa syailendra berakhir, digantikan oleh tumbuh dan berkembangnya kerajaan mataram membuat candi ini semakin dilupakan, karena rakyat mataram pada masa itu menjadikan kota Yogyakarta sebagai pusat ekonomi mereka. Pada masa penjajahan Inggris (1811-1816) Sir Thomas Stanford Rafles mengangkat bangunan candi borobudur dari kegelapan dan kepunahan, usahanya diteruskan oleh Hartman (seorang residen kedu)dengan membersihkan puing-puing candi yang tertutup oleh tanah dan lumpur yang diyakini berasal dri letusan gunung berapi.